Monday, October 4, 2010

Environmental Vandalism in Mayoral Campaign

A Review on Political Behavior in Semarang Municipality, 2010

According to Dictionary.com, vandalism is defined as “mischievous or malicious destruction or damage of property”. The bottom line of this definition, if I may say here, means an act of destroying or making worse a thing (i.e., property, asset, etc.). The scope of vandalism, among others, can be destruction of the previously steady and well-organized situation. Vandalism I would like to briefly present here is one that of environmenta-related.

Vandalism occurred in political stance, when mayor candidates were having campaigns to the public. The campaign was held to elect Semarang Municipal Mayor for 2010-2015 period. As what local people often met before, vandalism resulting in environmental damage and disgrace was still in practice during the Mayoral Election. Before this event, vandalism also took place in Legislative Election, Presidential Election, and Local Leader Election. The campaign trend of using public space as a means to introduce the candidates to the will-be voters had not changed significantly. It was surely the rights of the campaign organizers to make as creative socialization as possible in order to introduce their supported candidates to the public for the purpose of vote getting. However, I’d rater disagree with the way they violate environmental beauty by place pamphlets, fliers, billboards, stickers and the likes, in such that they deteriorated the environment.

Every election has left the same old story: garbages and wastes after the election had been done. Papers scattered everywhere, making the surrounding environment dirty. A simple question arosen from this case will be, “What can the candidates do for the people, if they keep annoying the environment?” or “Isn’t there any other way to socialize themselves without destroying the environment?”.

Today, Indonesia, like other countries, has experienced advance of technology, in particular, the information technology. The introduction of communication devices such as cellular phone, television, radio, and even the Internet, should have been used to keep in touch with the will-be constituents once a candidate has won the election. They do not need to use the public space as their vehicle towards a successful result. Indeed, they tend to make the environment worse. Campaign ornaments were attached on trees and walls around the blocks where many people generally surpass and do they activities. Sometimes people feel sick of what they are watching. I think it is time to stop this bad habit, unless our environment will be damaged. It is environment where they live, but why do they seem having no responsible manners? What a disappointing behaviour….

Gerakan Sosial, Teori

Gerakan sosial (social movement) merupakan fenomena partisipasi sosial (masyarakat) dalam hubungannya dengan entitas-entitas eksternal. Istilah ini memiliki beberapa definisi, namun secara umum dapat dilihat sebagai instrumen hubungan kekuasaan antara masyarakat dan entitas yang lebih berkuasa (powerful). Masyarakat cenderung memiliki kekuatan yang relatif lemah (powerless) dibandingkan entitas-entitas yang dominan, seperti negara atau swasta (bisnis).

Gerakan sosial menjadi instrumen yang efisien dalam menyuarakan kepentingan masyarakat. Dengan kata lain gerakan sosial merupakan pengeras suara masyarakat sehingga kepentingan dan keinginan mereka terdengar.

Gerakan sosial merupakan jawaban spontan maupun terorganisir dari massa rakyat terhadap negara yang mengabaikan hak-hak rakyat, yang ditandai oleh penggunaan cara-cara di luar jalur kelembagaan negara atau bahkan yang bertentangan dengan prosedur hukum dan kelembagaan negara. Gerakan sosial dapat dipahami sebagai upaya bersama massa rakyat yang hendak melakukan pembaruan atas situasi dan kondisi sosial politik yang dipandang tidak berubah dari waktu ke waktu atau juga untuk menghentikan kondisi status quo.

Peter Burke:

Terdapat dua jenis gerakan sosial: a) gerakan sosial untuk memulai perubahan, dan b) gerakan sosial yang dilakukan sebagai reaksi atas perubahan yang terjadi.

Turner dan Killan (1972):

Gerakan sosial adalah sebuah kolektivitas yang melakukan kegiatan dengan kadar kesinambungan tertentu guna menunjang atau menolak perubahan yang terjadi di dalam masyarakat atau kelompok yang mencakup kolektivitas itu sendiri.

Blumer (1974):

Sebuah gerakan sosial dapat dirumuskan sebagai sejumlah besar orang yang bertindak bersama atas nama sejumlah tujuan atau gagasan. Biasanya, gerakan ini melibatkan cara-cara yang tidak terlembagakan, seperti pawai, demonstrasi, protes, untuk mendukung atau menentang suatu perubahan sosial. Gerakan sosial melibatkan sejumlah orang yang cukup banyak dan biasanya berlanjut untuk rentang waktu yang cukup panjang.

Charles Tilly (dalam From Mobilization to Revolution):

Sistem demokratis cenderung membuka batas-batas represi dan memberikan kesempatan yang luas bagi berbagai pihak untuk memobilisasi kepentingan politiknya menjadi kepentingan masyarakat luas. Dengan kemampuan organisasi yang baik isu-isu yang sifatnya individual mungkin saja dieksploitasi menjadi isu kolektif. Demokratisasi dan keterbukaan yang berlangsung memberi peluang lebih luas kepada berbagai komponen sosial untuk mengaktualisasikan perjuangan kepentingan masyarakat, terutama pada komunitas yang merasa terabaikan.

Pada dasarnya setiap organisasi memiliki kemampuan untuk mengupayakan terjadinya gerakan sosial, namun di dalam skala nasional gerakan sosial paling sering dapat dilakukan oleh partai politik.

Sumber:
Partai Politik dan Gerakan Sosial (Senin, 20 April 2009)
Seminar AMAN "Masyarakat Adat sebagai Basis Politik Gerakan Sosial Indonesia: Antara Prasyaraat, Potensi, dan Cita-cita."